Sejarah surat dunia
Persia dan Mesir
Pada awalnya, surat berisikan dokumen-dokumen pemerintah yang biasa dikirimkan dari satu tempat ke tempat lain dengan
kuda ataupun kereta kuda. Sistem pengiriman
pos di dunia dimulai di
Mesir sekitar tahun 2000 SM. Di Mesir, di mana pertukaran kebudayaan dengan
Babilonia
terjadi, pembungkus surat atau amplop bisa berupa kain, kulit binatang,
atau beberapa bagian sayuran. Mereka juga membungkus pesan mereka
menggunakan lapisan tipis dari
tanah liat yang dibakar. Sedangkan kekaisaran
Persia di bawah kekuasaan
Cyrus sekitar tahun 600 SM menggunakan sistem pengiriman pesan yang terintegrasi.
[2]
Pengendara kuda (Chapar) akan berhenti di titik-titik pos tertentu
(Chapar-Khaneh). Di sini, pengendara kuda akan mengganti kudanya dengan
yang baru untuk mendapatkan kecepatan maksimum dalam pengiriman pesan.
Sistem ini disebut dengan
angariae.
[3]
China
Di sisi lain dunia, di
China, sebuah pelayanan pos sudah dimulai sejak zaman
Dinasti Chou pada 1122-1121 SM.
[2]
Seperti di Persia, surat yang dikirimkan biasanya berisikan mengenai
dokumen pemerintah. Sistem pengirimannya terdiri atas beberapa orang
yang bergantian menyampaikan pesan tiap radius sembilan mil atau empat
belas koma lima kilometer. Sistem ini semakin berkembang dengan
jangkauan yang lebih luas pada masa pemerintahan
Dinasti Han pada tahun 202 SM hingga tahun 220 ketika China berhubungan dengan
Romawi dan sistem pelayanan pos mereka.
[2]
India
Perkembangan pertumbuhan dan kestabilan politik di bawah kekuasaan
Kekaisaran Mauryan (322-185 SM) memperlihatkan perkembangan infrastruktur di
India Kuno. Kaum
Mauryan mendirikan sistem pengiriman pesan, pendirian sumur umum, rumah peristirahatan, dan fasilitas-fasilitas umum lainnya.
[4] Pengiriman pesan dilakukan menggunakan kereta terbuka yang ditarik kuda yang disebut dengan
Dagana.
[5]
Selain itu, pada masa ini para penguasa juga melindungi tanah-tanah
yang mereka punya dengan mengirimkan pesan kepada polisi atau agen
militer tempat mereka berada dalam arus komunikasi seperti melalui
pembawa pesan dan
merpati pos. Terkadang masyarakat awam juga mengirimkan surat kepada kerabatnya yang tinggal berjauhan.
[6]
Romawi
Kerajaan Romawi sendiri memebangun sistem pelayanan pos paling canggih pada tahun 14 yang bersaing dengan China oleh
Kaisar Augustus.
[7] Jangkauan sistem pelayanan pos ini mencakup seluruh dataran
Mediterania
karena adanya kebutuhan penyampaian pesan dari pemerintah Romawi dan
militer antar provinsi. Kebutuhan ini memunculkan pembangunan jalan pos
dengan beberapa stasiun untuk pergantian pengantar pengirim pesan setiap
seratus tujuh puluh mil atau dua ratus tujuh puluh kilometer dalam
periode waktu dua puluh empat jam. Akan tetapi pada akhirnya sistem ini
tidak mampu bertahan karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah surat
yang dikirim dan waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman surat tersebut
pada abad sembilan di
Eropa.
[2]
Renaisans hingga Saat Ini
Walaupun kerajaan-kerajaan di Barat mulai hancur, tidak berarti
sistem pelayanan pos juga hilang begitu saja. Sistem ini dipertahankan
setidaknya hingga abad ke sembilan sebelum akhirnya terpecah-pecah dan
tidak digunakan lagi; berbeda dengan di Timur di Kekaisaran
Bizantium di mana sistem tersebut bertahan lebih lama karena adanya penyerapan sistem tersebut oleh kerajaan
Islam di
Baghdad.
Dengan perkembangan bisnis internasional yang semakin meluas, ada
tuntutan seputar korespondensi bisnis. Perusahaan-perusahaan mulai
membangun pelayanan pos milik mereka sendiri. Hingga abad 13 , hubungan
antara pusat-pusat komersial bisnis
Florence,
Genoa, dan
Siena telah berjalan dengan pusat komersial bisnis di
Prancis
Utara. Hal ini menarik minat para pedagang di Eropa sehingga mereka
memistiskan untuk menyediakan jalur internasioanl untuk berita dan
bisnis. Pada saat itu pula sudah terdapat pelayanan pos antara
Venesia dengan
Konstantinopel, pusat kerajaan Islam pada saat itu.
Akan tetapi, dengan menguatnya negara-bangsa di Eropa, muncul lah
tuntuan mengenai hak privasi atas surat yang dikirimkan. Usulan ini
ditentang oleh pemerintah, di Prancis khususnya oleh
France Louis XI di mana ia menciptakan
Royal Postal Service. Di sisi lain, pemerintah
Inggris,
Henry VIII membangun pelayanan reguler menuju
London.
Sayangnya kedua sistem tersebut bukanlah untuk umum, tetapi untuk
orang-orang pemerintahan. Surat-surat pribadi belum diakui hingga
akhirnya pada tahun 1627 di Prancis diizinkan adanya pengiriman surat
pribadi. Akhirnya pada 1680, William Dockwra membuka pelayanan pos
privat yang menggunakan metode prabayar. Surat yang akan dikirimkan akan
di cap untuk menujukan kapan dan kemana surat-surat tersebut ditujukan.
[2]
Saat ini kemajuan sistem pengiriman surat juga dipengaruhi oleh
teknologi yang berkembang saat ini; misalnya surat udara ataupun
surat elektronik. Surat udara pertama berasal dari
Paris pada September 1870 yang mengangkut lima ratus pounds surat dari atas
balon udara.
[8] Sedangkan surat elektronik pertama ditemukan pada 1970 oleh
Ray Tomlinson.
[9]
Layanan Pos di Indonesia
- Artikel utama: Pos Indonesia
Perposan di
Indonesia sudah dimulai sejak zaman
Kerajaan Majapahit ,
Sriwijaya, dan
Tarumanegara dalam bentuk tertulis atau surat menyurat. Huruf yang digunakan adalah huruf
Palawa yang menjadi aksara
Jawa di kemudian hari.
[10] Surat-surat beredar di kalangan biarawan dan bangsawan seiring dengan masuknya
Hindu dan
Buddha di Indonesia. Pada waktu itu surat dibuat mengunakan
batu,
kayu, maupun
kertas. Kertas di sini merujuk kepada bahan-bahan seperti kulit
bambu yang diiris tipis-tipis dan menggunakan daun
lontar.
Lalu, kedatangan
Belanda di Indonesia juga turut memengaruhi perkembangan surat-menyurat di Indonesia. Pada tahun 1596, Datanglah
Cornelis de Houtman yang membawa surat bagi raja-raja di
Jakarta dan
Banten.
Pada waktu itu, surat yang beredar hanya ditujukan bagi pejabat resmi
dan tidak mengandung pemberitaan tentang kompeni di Indonesia. Selain
itu, pada saat itu pula, layanan pos walaupun sudah cukup maju, masih
belum mencapai tahap teratur; masih tergantung pada kapal kompeni yang
berlayar dari pulau ke pulau. Akhirnya, pada 26 Agustus 1746 dibangunlah
kantor pos resmi pertama di Jakarta oleh
Gubernur Jenderal G.W. Baron van Inhoff.
Tujuan dibangunnya kantor pos ini untuk memfasilitasi dan menjamin
keamaaan suarat-surat yang dikirim khususnya bagi mereka yang di luar
Pulau Jawa.
[11]
Pada masa pemerintahan
Daendels
dibangun jalan raya pos Anyer-Panarukan pada 1809 yang diselesaikan
dalam satu tahun. Jalan ini terbetang sepanjang pantai utara
Jawa Barat hingga
Jawa Timur . Pembangunan ini terinspirasi dengan pembangunan jalan pos di Kekaisaran Romawi dengan nama
Cursus Publicus.
Dalam perjalanannya, terjadi berbagai perkembangan-perkembangan kecil
seperti adanya tarif untuk pos yang melintasi laut. Pada masa
pemerintahan
Jepang, sempat dikenal pula Dinas Tabungan Pos untuk pengerahan uang bagi keperluan militer Jepang.
[12]
Setelah merdeka, terjadi pengambilalihan Jawatan Pos Telegraf dan
Telpon (PTT) dari tangan jepang hingga akhirnya pada 27 Desember 1945
berhasil dikuasai.
[13]
Hari itu kemudian diperingati sebagai Hari Bakti Postel. Sejak saat
itu, banyak terjadi perombakan sistem pos yang ada, termasuk
perluasan-perluasan wilayah mencakup daearah-daerah yang sulit
dijangkau.
[14]
https://id.wikipedia.org/wiki/Surat